KAWASAN PATUNG CADAS PANGERAN

Kawasan Patung Cadas Pangeran, bulan Nopember 2021 lalu

Ruas Jalan Tol Cisumdawu di Kawasan Sumedang Kota Masih Dalam Proyek Pengerjaan

Jalan Tol Cisumdawu menjadi salah satu megaproyek yang akan banyak mengubah tatanan kehidupan di Kabupaten Sumedang

Peninjauan Proyek Tol Cisumdawu oleh Kemenko Kemaritiman dan Investasi

Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut B. Pandjaitan saat meninjau lokasi proyek Tol Cisumdawu di Sumedang pada Bulan September 2021

WASPADA COVID-19 VARIAN OMICRON

Covid-19 Omicron mulai menyerang Indonesia. Waspadalah. Tetap tenang dan disiplin dengan protokol kesehatan

TIDAK ADA LIBUR PANJANG SEKOLAH JELANG NATARU 2022

Demi mengantisipasi penyebaran Covid-19 Omicron pemerintah menjadwal ulang kalender pendidikan sehingga tidak ada libur panjang jelang natal 2021 dan tahun baru 2022

26 Agustus 2022

RINDU SOSOK POLISI JUJUR SEPERTI JENDERAL HOEGENG : TERINSPIRASI OLEH KEPALA POLISI ASAL SUMEDANG

PRESIDEN Abdurahman Wahid atau Gus Dur pernah berujar:  Polisi yang baik dan jujur di Indonesia itu cuma ada tiga,  pertama Jenderal Hoegeng Iman Santoso, Polisi Tidur, dan Patung Polisi. 

Gus Dur memang ada-ada saja. Jangan dianggap serius, teman-teman. Tapi memang candaan Gus Dur itu diamini oleh masyarakat Indonesia.

Jenderal Polisi Hoegeng Iman Santoso
Kapolri ke-5 dalam sejarah kepolisian Indonesia

Tentu saja ada alasan mengapa Gus Dur dan masyarakat Indonesia menilai Jenderal Hoegeng sebagai contoh, teladan, atau prototipe ideal Polisi Indonesia. Dari banyak hal tentang kisah Jenderal Hoegeng, ada satu yang menarik bahwa ternyata Jenderal Hoegeng tertarik menjadi seorang polisi itu karena terpesona dan terinspirasi oleh sosok seorang kepala polisi yang bertugas di Pekalongan, yang lahir dari turunan menak sumedang. sosok itu adalah Raden Ating Natadikusumah.

Dari banyak sumber diketahui, Jenderal Hoegeng adalah Kapolri yang ke-5 dalam sejarah Polri. Beliau lahir di Pekalongan Jawa Tengah, pada tanggal 14 Oktober 1921. Saat menjadi kapolri, beliau dikenal tegas, jujur, berani, dan hidup sederhana.

Sebagai orang nomor satu di Kepolisian RI, Jenderal Hoegeng bisa melakukan dan mendapatkan banyak hal untuk memperkaya diri dan keluarganya. Tapi dia tidak. Majalah Tempo Edisi 22 Agustus 2021 menulisnya dengan baik;

"Selagi menjabat, Jenderal Hoegeng mengajarkan betapa pentingnya menjaga integritas, yakni keteguhan moral untuk mengatakan dan melakukan apa yang diyakini benar secara universal. Dia membuktikan bahwa contoh perbuatan lebih penting daripada kata-kata perintah atau bahkan ceramah yang menyerukan kebajikan," (Sumber Majalah Tempo edisi 22 Agustus 2021, halaman 31)

Ada suatu cerita yang absah, di mana Jenderal Hoegeng sempat membentak dan mengusir, seorang Cukong yang hendak menyogoknya. Saat diangkat sebagai Kepala Direktorat Reserse dan Kriminal Kepolisian Sumatara Utara, tanpa sepengetahuannya, Si Cukong datang ke rumah dinas yang baru ditempati Hoegeng dan memenuhi rumah dinas itu dengan berbagai perabot rumah tangga yang mahal dan istimewa di jaman itu.  Saat Hoegeng tiba di rumah dinas itu, dia kaget dan marah;

"Tolong keluarkan Perabot yang bukan milik saya ke luar rumah dan taruh pinggir jalan!" tegas Jenderal Hoegeng sambil berlalu.

Lantas, mengapa Hoegeng Iman Santoso mau jadi Polisi?

Ayah Hoegeng, Soekarjo Kario Hatmojo, seorang Jaksa di era Hindia Belanda. Soekarjo memiliki dua orang kolega dekat saat bertugas, yakni Suprapto (Kepala Pengadilan) dan Ating Natadikusumah (Kepala Polisi). Majalah Tempo menceritakan, Hoegeng Terkesima melihat ayah dan dua sahabatnya itu saat bertugas.

Dari Ketiga Ambentar atau Pejabat HIndia Belanda itu, Hoegeng paling mengidolakan sosok Raden Ating Natadikusumah. Apalagi saat melihat Raden Ating berseragam polisi, dengan sepucuk Pistol di pinggang, dan mengendarai sepeda motor dinasnya Harley Davidson. Namun yang lebih menginspirasi Hoegeng adalah kepribadian dan sikap Raden Ating yang lurus dan berwibawa serta suka menolong rakyat pribumi.

Sebagai sesama Ambtenar, Raden Ating kerap bertandang ke Rumah Soekarjo, ayah Hoegeng. Dalam satu kesempatan, Raden Ating berpesan kepada Hoegeng.

"Sekolah baik-baik Geng, supaya bisa jadi polisi untuk membantu orang lemah dan tak bersalah," pesan Raden Ating kepada Hoegeng. (Sumber: Tempo, 22 Agustus 2021, halaman 55)

Raden Ating Natadikusumah sendiri dalam sejarah Kepolisan RI dikenal adalah Kepala Kepolisan Jakarata atau (Kapolda Metro Jaya) yang pertama. Ia menjabat dari 6 Desember 1949 Desember 1952.

Saya sendiri pertama kali mendengar nama Kombes Ating Natadikusumah ini dari uwak saya, sepupu ibu saya, yaitu Kolonel Polisi Ismail Natawijogja, sekitar tahun 1994. Namun saya masih terlalu lugu untuk serius menyimak apa yang dibicarakan uwak saya saat itu.

Selanjutnya, sebagai seorang anak priyayi, tentu hal yang mudah bagi Hoegeng untuk mendapatkan pendidikan dari mulai sekolah dasar, Holland Inslanshe School (SD), lalu  sekolah menengah atau Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO), hingga lulus dari lulus Algemene Middlebare School (AMS) di Jogyakarta.

Pada tahun 1940 Hoegeng kemudian meneruskan kuliah di Rechtshoogeschool te Batavia atau perguruan tinggi hukum di Batavia (Jakarta Saat ini). Sayang, tahun 1942, kampus itu ditutup oleh Tentara Jepang yang datang menggantikan Belanda. Hoegeng pun pulang ke Pekalongan dan menganggur.

Namun kesempatan untuk menjadi polisi itu datang ketika Gunseikanbu atau Kantor Pusat Pemerintah Militer Jepang membuka lowongan besar-besaran untuk pemuda pribumi mengikuti Kursus Polisi. Di Pekalongan jatah rekrutmen menjadi polisi itu  hanya untuk 11 Orang. Dan Hoegeng ternyata lolos seleksi dan mengikuti kursus kepolisian. Hoegeng lalu diangkat sebagai Polis pada tanggal 25 Nopember 1943..

Singkat cerita, setelah Indonesia merdeka, ia kemudian terus menapaki karir di Kepolisian Republik Indonesia, hingga pada tanggal 5 Mei 1968, Presiden Soeharto melantiknya sebagai Kepala Kepolisian Negara, orang nomor satu di jajaran kepolian republik Indonesia.

Terlalu banyak kisah-kisah heroik dan keteladanan Hoegeng Iman Santoso dalam menjalankan darmabhaktinya sebagai polisi.  Dia adalah legenda. Dia sosok teladan. dan nama besarnya belum tergantikan dalam sejarah Korps Tribarata itu.  Dan itu barangkali didasari oleh itikad dan tekad Hoegeng untuk menjadi seorang polisi, serta sebuah do'a dari Raden Ating Natadikusumah, Urang Sumedang yang menginspirasi Hoegeng menjadi POLISI. (*)

 



Share:

24 Agustus 2022

APA DAN SIAPA PANGERAN STICHTING YANG MEMBANGUN LINGGA DI SUMEDANG?

MONUMEN Lingga di tengah Alun-Alun Kabupaten Sumedang memiliki makna tersendiri bagi rakyat sumedang. Bahkan telah lama ditetapkan menjadi lambang resmi kabupaten yang dikenal sebagai "Kota Tahu" itu. .

Monumen lingga dibangun oleh Pangeran Stichting, dan didedikasikan untuk Pangeran Aria Soeria Atmadja atas jasa-jasanya.

Nah, banyak yang mengira Pangeran Stichting itu adalah seorang bangsawan dari Negeri Belanda. Bahkan masih ada urang sumedang sendiri, yang menyebutnya Pangeran Sicing, mirip nama seorang China.

LINGA di Alun-alun Sumedang, Dok Pribadi

Pangeran Aria Soeria Atmadjaatau "Pangeran Mekah",  juga mempunyai gelar sebagai "Pangeran Panungtung". itu karena Soeria Atmadja adalah Bupati Sumedang terakhir yang berhak memakai gelar "pangeran", gelar bagi raja-raja sumedanglarang.

Beliau memerintah di Sumedang Regenschap sejak 31 januari 1883 – 5 mei 1919. Konon, beliau wafat di Mekah saat melaksanakan ibadah haji pada 1 juni 1921.

Di tangan Pangeran Panungtung itulah Sumedang Regenschap berkembang pesat. Banyak program inovatif yang digagas dan dijalankan oleh Soeria Atmadja di bidang pertanian, perikanan, kehutanan, peternakan, kesehatan, pendidikan dan lain sebagainya.

Salah satu inovasinya adalah sistem terasering yang digunakan untuk membuka lahan sawah dan pertanian di dataran tinggi. Maka tentu saja, bukan hanya rakyat sumedang yang menjadi lebih sejahtera. pemerintah kolonial Hindia Belanda pun diuntungkan.

Atas jasa-jasanya yang besar itulah sejumlah elit pemerintah kolonial, keluarga besar menak sumedang, perwakilan swasta, dan perwakilan warga,  kemudian berhimpun membentuk semacam kepanitiaan untuk membangun sebuah monumen sebagai "pangeling-ngeling" atau  "mengenang" keberadaan Pangeran Aria Soeria Atmadja. Lembaga kepanitian itulah yang kemudian disebut sebagai "Pangeran Stichting" dan keberadaanya direstui oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda Dr. Dirk Fock.

Dalam arsip koran "Preanger Bode" disebutkan, "Pangeran Stichting" adalah  "de vereeniging ter herdenking van de nagedachtenis van pangeran aria soeria atmdjada (perkumpulan yang dibentuk untuk memperingati kenangan atau mengenang jasa-jasa Pangeran Aria Soeria Atmadja)

Mereka terdiri dari; AJH. Eijken, Residen Priangan sebagai ketua, CA. De Munnick, Asisten Residen Sumedang sebagai sekretaris, dan I de Vries, pengurus Soemedangrische Afdeelingsbank, sebagai bendahara.

Lalu anggota-anggotanya terdiri dari, Tumendang kusumadilaga, Bupati Sumedang; Raden Adipati Wiratanoeningrat, Bupati Tasikmalaya; AJN Engelenberg, anggota volksraad; HCH de Bie, inspektur pendidikan; Dr. HJ van der Schroeff, seorang dokter Bangsa Belanda; AE Reijnst, ketua perkebunan di Sukabumi; Raden Kartakusuma, Wedana Tanjungsari; Mas Hadji Abdulmanan, Penghulu Tandjongsari, Raden Sadikin, guru pertanian pribumi; Sumadiria, petani/peternak, dari kalangan warga biasa, dan Tanumanggala, partikulir atau pengusaha pribumi

Empat belas nama itu pula yang tercantum dalam dokumen piagam peresmian monumen lingga tersebut.

Untuk melaksanakan rencana proyek tersebut,  Pangeran Stichting  kemudian membentuk semacam tim pelaksana.  Koran "Preanger Bode" menuliskan, tim ini melibatkan lima orang, yakni; 1) Raden Adipati Aria Martanegara, mantan Bupati Bandoeng, 2) JZ van Dijck, mantan guru di garoet, yang diminta oleh Pangeran Stichting untuk merancang desain monumen yang akan dibangun, 3) Ir. WH Elsman, seorang insinyur sipil yang ditugasi penyusunan anggaran sesuai desain  yang dibuat oleh Van Dijck, 4) Ir. H Buijs, insinyur dari de Techniche Hoogeschool te Bandung (atau ITB sekarang), yang ditugasi sebagai pimpinan pelaksana pembangunan monumen, dan 5) dr. C. Kunst, seorang biologist (dokter heewan) dari unsur pemerintah kolonial yang bertanggungjawab atas rancangan model padang rumput di sekitar lingga.

Pangeran Stichting kemudian menggalang dana dari berbagai pihak untuk merealisasikan rencana pembangunan monumen. Koran  "Preanger Bode" edisi 16 januari 1922  melaporkan, dana yang berhasil dikumpulkan mencapai lebih dari 31.000 gulden.

Dilaporkan, dalam sebuah rapat yang dihadiri oleh seluruh pengurus dan anggotanya, Pangeran Stichting kemudian memutuskan pengalokasian dana tersebut sebagai berikut; 7.000 gulden untuk pembangunan fisik monumen; 5.100 gulden untuk pembangunan taman sekitar monumen (atau alun-alun sumedang); dan 18.000 gulden kemudian didepositokan di Soemedangrische Afdeelingsbank.

Monumen yang kemudian dikenal sebagai Lingga itu akhirnya berhasil dibangun dalam waktu sekitar tiga bulan. Gubernur Jenderal Hindia Belanda Drik Fock datang langsung ke Sumedang dan meresmikan Lingga pada hari Selasa, tanggal 25 april 1922.

Bagian dasar bangunan ini berbentuk bujur sangkar dan dilengkapi dengan sejumlah anak tangga serta pagar disetiap sisinya. Bangunan utamanya semacam kubus yang nampak melengkung di setiap sudut bagian atasnya. Lalu, puncaknya berbentuk kubah setengah lingkaran. Kubah lingga ini konon dapat dibuka dan menjadi akses pengambilan barang-barang yang tersimpan di dalamnya.

Pada tahun 1971, Lingga tersebut dipugar. Pahatan marmer yang bertuliskan bahasa belanda, diganti. Titimangsa pemugaran dapat dilihat terpahat dalam sebuah batu kecil di pojok bagian timur Lingga.

Sebagai catatan, dari keempat belas nama yang terlibat dalam Pangeran Stichting itu, ada nama Raden Sadikin, guru pertanian pribumi.

Beliau adalah ayahanda dari Dr. Hasan Sadikin, tokoh dan perintis Rumah Sakit Rancabadak Bandung (kini dikenal sebagai Rumah Sakit Hasan Sadikin).

Dan Raden Sadikin pun adalah ayahanda dari Letjen Marinir (purn) Ali Sadikin, Gubernur DKI Jakarta pertama di Era Orde Baru, yang populer sebagai "Bapak Pembangunan-nya" Jakarta.  (*)

Share:

12 Maret 2022

BUSYET... RANGGA AMIRULLAH MUSLIM "UGAL-UGALAN" DEMI MASYARAKAT SUMEDANG

GELAGAT.ID - Pandemi Covid-19 yang melanda sejak dua tahun terakhir ini memunculkan berbagai kesulitan yang harus di alami oleh segenap masyarakat di Kabupaten Sumedang dalam kurun waktu dua tahun terakhir ini. 

Namun di sisi lain, juga memberi ruang lahirnya hal-hal baru, termasuk kesempatan bagi tokoh-tokoh baru untuk berjibaku menjaga dan memelihara harapan masyarakat demi kehidupan yang lebih baik.

Rangga AM (duduk, berkemeja putih) saat aksi
pembagian Sembako, Jumat (11/3/2022) di
Ling.Keboncau Kel.Cipameungpeuk, Sumedang Selatan

Salah satu dari sedikit tokoh muda yang muncul di Sumedang adalah Rangga Amirullah Muslim. Dia menginisiasi terbentuknya  "Ruang Aksi Manfaat" atau disingkat RAM, sebagai wadah aktivitas sosial dan kemanusiaan untuk masyarakat Sumedang.

Pada hari Jumat (11/3/2022) lalu, Rangga bersama RAM nya, menggelar pembagian sembako kepada masyarakat Lingkungan Keboncau Kelurahan Cipameungpeuk Kecamatan Sumedang Selatan. Pembagian 75 paket sembako tersebut dipusatkan di salah satu masjid di lingkungan tersebut.

"Negara punya kewajiban untuk mensejahterakan rakyatnya. Tetapi untuk itu perlu pula tangan-tangan yang ikut berperan aktif membantu pemerintah melaksanakan tugas itu," tegas Rangga.

Peran aktif tersebut, kata Rangga, tak sekadar wacana atau adu mulut di ruang diskusi. Tetapi perlu diwujudkan, dilakukan secara nyata dan terasa langsung oleh masyarakat yang membutuhkannya.

“Saya berharap paket sembako ini dapat terus memacu semangat mereka untuk menjaga rasa gotong dan kebersamaan  terutama di saat sulit seperti saat ini," ujar pria yang juga tercatat sebagai Ketua PDK Kosgoro Kabupaten Sumedang tersebut.

Aktivitas Rangga bersama RAM-nya tak hanya membagikan paket sembako. Rangga juga membuka kesempatan dan memberikan beasiswa kuliah bagi para lulusan SLTA. Sudah lebih dari 100 orang anak-anak muda Sumedang yang mendapatkan fasilitas beasiswa yang disedikan RAM, dan berkuliah di berbagai perguruan tinggi yang ada di Jawa Barat.

Selain itu, Rangga juga menggandeng komunitas Lentera Bersapma dan SAPMA Pemuda Pancasila Sumedang untuk melakukan pendataan PMKS di Sumedang.

"Semoga kami dapat terus menginspirasi tokoh yang lain untuk dapat memperhatikan masalah yang ada ditengah masyarakat dan menjawab persoalan tersebut walaupun hanya sikap dan perbuatan sederhana itu sangat berdampak," katanya.

"Resep ibu mah ningal na. Masih muda tapi sudah menunjukkan kepedulian kepada masyarakat. Ibu berharap Kang Rangga tiasa janten pemimpin Kabupaten Sumedang," ujar Ny. Titin, warga Keboncau, Cipameungpeuk, saat dimintai tanggapannya.

Jika dibandingkan tokoh-tokoh muda dalam Generasi Milenial saat ini, aksi Rangga bersama RAM-nya tergolong "ugal-ugalan". 

Lantas, siapakah Rangga Amirullah Muslim ?

Dari berbagai sumber yang berhasil dirangkum, Rangga Amiruloh Muslim adalah putra kelahiran Sumedang. Pendidikan dasar dan menengahnya ditempuh di Sumedang. 

Ia merupakan alumni SMAN 3 Sumedang. Kemudian berhasil meraih master di bidang Hukum Tata Negara dari Universitas Diponegoro, dan kini telah menjadi kandidat Doktor (S3). Sejak SMA dia aktif di berbagai organisasi sosial. Hal ini menjadikannya peka terhadap berbagai persoalan yang dialami masyarakat dan mendorongnya berusaha keras untuk memberikan solusi dan manfaat dalam kehidupan masyarakat, khususnya di Kabupaten Sumedang. (gelagat.id)

Share:

10 Maret 2022

POLRES SUMEDANG TANGKAP PENGEDAR DAN PENGGUNA SABU

GELAGAT.ID– Polres Sumedang menggelar konferensi pers pengungkapan kasus Narkoba di wilayah Kab. Sumedang, Kamis 10 Maret 2022. Kegiatan tersebut dipimpin oleh Kapolres Sumedang AKBP Eko Prasetyo Robbyanto, S.H., S.I.K., M.P.I.C.T., M.I.S.S didampingi Kasat Res Narkoba AKP Bagus Panuntun, S.H., KBO Sat Narkoba IPTU Hajid Abdullah, S.H, serta Kasi Humas Polres Sumedang AKP Dedi Juhana.

Pers Rilis Pengungkapan Kasus Narkoba, Kamis (10/3)

AKBP Eko Prasetyo Robbyanto menyampaikan kasus ini merupakan pengembangan dari kasus sebelumya, dimana Polres Sumedang sebelumnya sudah mengamankan tersangka O.A yang ditangkap pada tanggal 13 Januari 2022 di Masjid Nyalindung Paseh, berdasarkan keterangan O.A, dia mendapatkan narkotika jenis sabu dari A.H.H als GOPET.

Kemudian pada hari Minggu 06 Maret 2022, A.H.H als GOPET diamankan di rumah kontrakannya di daerah Kadipaten Kabupaten Majalengka, dan didapatkan sejumlah barang bukti berupa 14 (empat belas) paket diduga Narkotika jenis Sabu dengan berat 4,50 gram (empat koma lima puluh gram), 1 (satu) buah pipet kaca, 2 (dua) buah sendok yang terbuat dari sedotan, 1 (satu) buah timbangan digital, 1 (satu) buah alat hisap sabu/bonk, 2 (dua) pack plastic klip bening, 1 (satu) buah gunting, 1 (satu) pack sedotan dan 1 (satu) buah Handphone. Setelah diintrogasi A.H.H mengaku bahwa Narkotika jenis Sabu tersebut merupakan miliknya yang didapat dari Sdr. RIAN (DPO) dengan maksud untuk diedarkan kembali.

Selain kasus A.H.H als GOPET, Pada hari Jumat 18 Februari 2022, Polres Sumedang juga mengamankan tersangka J.S di daerah Cimanggung Kab. Sumedang, setelah digeledah ditemukan barang bukti berupa 23 (dua puluh tiga) butir Obat Psikotropika jenis Alprazolam 1 mg dan 1 (satu) unit Handphone Realme C11 warna hijau berikut sim card yang disimpan didalam saku celana yang sedang tersangka pergunakan.

Setelah diintrogasi, J.S mengatakan bahwa barang bukti tersebut merupakan miliknya yang didapat dengan cara membeli dari temannya Sdr. A.A, Kemudian Satuan Reserese Narkoba Polres Sumedang melakukan pengembangan dan berhasil mengamankan tersangka A.A dirumahnya pada hari dan tanggal yang sama di daerah Cicalengka Kab. Bandung, setelah dilakukan penggeledahan ditemukan barang bukti berbagai macam Obat jenis Psikotropika dan Obat Keras Tertentu dengan jumlah 3.020 (tiga ribu dua puluh) butir. Tersangka A.A mengungkapkan bahwa barang bukti tersebut didapat dari Sdr. BENI (DPO),dengan maksud dan tujuan untuk diedarkan Kembali.

Kapolers Sumedang menegaskan bahwa Polres Sumedang akan terus melakukan pengembangan dari kedua kasus tersebut sebagai bentuk upaya menekan angka Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba khususnya di wilayah Kab. Sumedang. (gelagat.id/humas-polres-smd)

Share:

07 Maret 2022

AGUS MUSLIM PERINTAHKAN KELUARGA BESAR PEMUDA PANCASILA SUMEDANG MENCATAT DAN MENGURUS DOKUMEN KEPENDUDUKAN ANAK YATIM DAN ANAK TERLANTAR

GELAGAT.ID - Hingga saat ini masih banyak pihak yang abai terhadap pentingnya memiliki dokumen kependudukan seperti Akta Kelahiran, Kartu Keluarga (KK) bahkan KTP dengan Nomor Induk Kependudukan (NIK) yang valid.  Padahal dokumen kependudukan tersebut sangat penting sebagai bukti keabsahan seorang warga negara.

"Akta kelahiran, KK, NIK, adalah hak dasar yang harus dipenuhi oleh seluruh bangsa Indonesia," tandas Ketua Majelis Pimpinan Cabang (MPC) Pemuda Pancasila  Kabupaten Sumedang, Drs. Agus Muslim, kepada gelagat.id, Minggu (6/3/2022).

Terkait hal itu, pria yang akrab dipanggil AM ini memerintahkan kepada seluruh anggota, kader, lembaga  pengurus struktural  hingga tingkat ranting untuk mendata dan mengurus dokumen kependudukan para anak yatim piatu, anak terlantar dan anak berkebutuhan khusus, yang belum memilikinya.

Ketua MPC PP Sumedang, Drs. Agus Muslim

"Sedikit orang yang memikirkan dan berbuat untuk mereka. Karena itu, dengan memohon rahmat dan hidayat Allah SWT, saya perintahkan seluruh keluarga besar PP Sumedang untuk mencatat, mengurus, dan memperjuangkan hak-hak dasar tersebut, supaya mereka bisa hidup layak dan lebih baik. Semoga Allah SWT  memberkahi kita semuanya. Sekali layar terkembang, surut kita berpantang," tegas AM.

Lebih lanjut, AM ini menuturkan, sudah menjadi doktrin dan kewajiban bagi anggota dan kader PP untuk menuntut dan membela hak-hak dasar sebagai warga negara, demi mencapai cita-cita masyarakat yang adil dan makmur.

"Perlu diketahui, PP adalah ormas sosial. Jadi pada hakikatnya yang masuk PP adalah mereka yang memang bermasalah secara sosial. Tapi di organisasi ini kami semua belajar bersosialisasi dengan benar. Faktanya, tidak sedikit orang yang sudah terbina di PP ini berubah menjadi  problem solver untuk masalah-masalah sosial. Oleh karena itu, jangan aneh jika masih banyak keluarga kami yang masih dalam tahap belajar (bermasalah sosial). Mereka masih perlu dibina," pungkasnya. (gelagat.id)

Share:

25 Februari 2022

HEBOH AGUS MUSLIM TEMPATI PERINGKAT 1 POLLING CALON BUPATI SUMEDANG

GELAGAT.ID - Pemilihan Kepala Daerah (PIlkada) Sumedang baru akan terjadi pada 2024 mendatang. Namun publik Sumedang mulai dihebohkan dengan sebuah polling  secara online dalam situs https://pollie.ap. Untuk lebih jelasnya silahkan klik: HASIL POLLING

Dalam polling tersebut, ada 12 nama tokoh Sumedang, termasuk Bupati Sumedang  saat ini Dony Ahmad Munir. Dan hingga Jumat (25/2/2022) pukul 13.36, data sementara hasil polling menunjukan nama Agus Muslim, Ketua MPC Pemuda Pancasila Sumedang, menduduki urutan 1 dengan 2.680 suara. 

Drs. Agus Muslim saat berceramah tentang Literasi Digital

Jumlah suara tersebut  mengalahkan sosok Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir yang berada di urutan kedua dengan 813 suara. Sementara urutan ketiga ditempati  Asep Kurnia dengan 567 suara. Sisanya tersebar kepada sembilan nama tokoh lainnya. Total jumlah suara yang masuk sudah mencapai angka 5.521 suara. Dan diperkirakan akan terus bertambah, hingga batas waktu yang telah ditentukan oleh pihak yang membuat polling tersebut.

Hasil sementara polling tersebut menarik dicermati dan konon membuat heboh publik Sumedang khususnya para pengamat, aktivis, dan elit-elit politik di Sumedang.

Saat mencoba dikonfirmasi perihal hasil polling tersebut melalui sambungan telepon, Agus Muslim mengucapkan terima kasih atas apresiasi masyarakat yang telah memberikan suara kepada dirinya dalam polling tersebut. Namun pria yang dikenal dengan inisial AM tersebut belum berkomentar lebih lanjut terhadap hasil polling tersebut.

"Saya belum dapat berkomentar lebih lanjut. Tapi saya ucapkan terimakasih kepada masyarakat yang telah meng-klik pilihan kepada saya," ujarnya singkat.

Untuk diketahui sosok AM sendiri selain sebagai Kepala Dinas Kominfosanditik Sumedang, dikenal sangat aktif berorganisasi. Dia menjadi Ketua MPC Pemuda Pancasila Sumedang sejak tahun 2013 hingga saat ini. Dia pun memimpin DPC. Syarikat Islam Sumedang 2021-2026. Selain itu dia menjadi pemilik klub sepakbola PERSES Sumedang.  (*/gelagat.id)

Share:

RANGGA AMIRULLAH MUSLIM SERUKAN KADER KOSGORO 57 SUMEDANG BERJIBAKU MENANGKAN ACE HASAN

GELAGAT.ID - Jelang musyawarah daerah luar biasa (Musdalub) Partai Golkar Jawa Barat, Ketua Terpilih PDK Kosgoro 1957 Kabupaten Sumedang, Dr (C) Rangga Amirullah Muslim, S.Ap,M.H menegaskan, PDK Kosgoro 57 Sumedang solid mendukung Ace Hasan sebagai Ketua Definitif DPD Partai Golkar Provinsi Jawa Barat.

“Kosgoro 1957 Kabupaten Sumedang dengan semangat yang baru dan kepengurusan yang baru dengan tegas meyakini Ace Hasan sangat berdampak positif dengan kepempinan beliau, itu yang kami rasakan di daerah ketika kepempinan beliau ” Kata Rangga, Selasa (22/02/2022).

Ketua Terpilih PDK Kosgoro Sumedang, Rangga Amirullah Muslim

Karenanya, Rangga menyerukan kepada seluruh kader Kosgoro 1957 Sumedang berperan dan berjibaku memperjuangkan serta mengawal kemenangan Ace Hasan kedepan.

"Saya serukan kepada seluruh struktur dan segenap jaringan organisasi Kosgoro 1957 khususnya Kabupaten Sumedang mengawal dan memperjuangkan Ace Hasan sebagai Ketua DPD Partai Golkar Provinsi Jawa Barat pada Musdalub nanti," tandas pria yang akrab dipanggil Kang Rangga ini.

Sementara itu, sebagai komponen dan fungsionaris DPD Partai Golkar Sumedang  Kang Rangga pun mendesak DPD Partai Golkar Sumedang untuk mendukung sosok Ace Hasan memimpin Partai Golkar Jawa Barat.

"Tidak ada lagi tawar menawar mengenai Ketua DPD Golkar Provinsi Jawa Barat. Harus sosok Ace Hasan. Kami akan mengawal sesuai dengan intruksi PPK Kosgoro 1957 & PDK Kogosoro 1957 Provinsi Jawa Barat," tegasnya.

Rangga pun meyakini, di bawah kepemimpinan Ace Hasan, Partai Golkar Jawa Barat akan lebih sigap melakukan konsolidasi, menata dan menyiapkan instrumen menghadapi Pemilu 2024. (*/gelagat.id)



 

Share: