MONUMEN Lingga di tengah Alun-Alun Kabupaten Sumedang memiliki makna tersendiri bagi rakyat sumedang. Bahkan telah lama ditetapkan menjadi lambang resmi kabupaten yang dikenal sebagai "Kota Tahu" itu. .
Monumen lingga dibangun oleh Pangeran Stichting, dan didedikasikan untuk Pangeran Aria Soeria Atmadja atas jasa-jasanya.
Nah, banyak yang mengira Pangeran Stichting itu adalah seorang bangsawan dari Negeri Belanda. Bahkan masih ada urang sumedang sendiri, yang menyebutnya Pangeran Sicing, mirip nama seorang China.
![]() |
LINGA di Alun-alun Sumedang, Dok Pribadi |
Pangeran Aria Soeria Atmadjaatau "Pangeran Mekah", juga mempunyai gelar sebagai "Pangeran Panungtung". itu karena Soeria Atmadja adalah Bupati Sumedang terakhir yang berhak memakai gelar "pangeran", gelar bagi raja-raja sumedanglarang.
Beliau memerintah di Sumedang Regenschap sejak 31 januari 1883 – 5 mei 1919. Konon, beliau wafat di Mekah saat melaksanakan ibadah haji pada 1 juni 1921.
Di tangan Pangeran Panungtung itulah Sumedang Regenschap berkembang pesat. Banyak program inovatif yang digagas dan dijalankan oleh Soeria Atmadja di bidang pertanian, perikanan, kehutanan, peternakan, kesehatan, pendidikan dan lain sebagainya.
Salah satu inovasinya adalah sistem terasering yang digunakan untuk membuka lahan sawah dan pertanian di dataran tinggi. Maka tentu saja, bukan hanya rakyat sumedang yang menjadi lebih sejahtera. pemerintah kolonial Hindia Belanda pun diuntungkan.
Atas jasa-jasanya yang besar itulah sejumlah elit pemerintah kolonial, keluarga besar menak sumedang, perwakilan swasta, dan perwakilan warga, kemudian berhimpun membentuk semacam kepanitiaan untuk membangun sebuah monumen sebagai "pangeling-ngeling" atau "mengenang" keberadaan Pangeran Aria Soeria Atmadja. Lembaga kepanitian itulah yang kemudian disebut sebagai "Pangeran Stichting" dan keberadaanya direstui oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda Dr. Dirk Fock.
Dalam arsip koran "Preanger Bode" disebutkan, "Pangeran Stichting" adalah "de vereeniging ter herdenking van de nagedachtenis van pangeran aria soeria atmdjada (perkumpulan yang dibentuk untuk memperingati kenangan atau mengenang jasa-jasa Pangeran Aria Soeria Atmadja)
Mereka terdiri dari; AJH. Eijken, Residen Priangan sebagai ketua, CA. De Munnick, Asisten Residen Sumedang sebagai sekretaris, dan I de Vries, pengurus Soemedangrische Afdeelingsbank, sebagai bendahara.
Lalu anggota-anggotanya terdiri dari, Tumendang kusumadilaga, Bupati Sumedang; Raden Adipati Wiratanoeningrat, Bupati Tasikmalaya; AJN Engelenberg, anggota volksraad; HCH de Bie, inspektur pendidikan; Dr. HJ van der Schroeff, seorang dokter Bangsa Belanda; AE Reijnst, ketua perkebunan di Sukabumi; Raden Kartakusuma, Wedana Tanjungsari; Mas Hadji Abdulmanan, Penghulu Tandjongsari, Raden Sadikin, guru pertanian pribumi; Sumadiria, petani/peternak, dari kalangan warga biasa, dan Tanumanggala, partikulir atau pengusaha pribumi
Empat belas nama itu pula yang tercantum dalam dokumen piagam peresmian monumen lingga tersebut.
Untuk melaksanakan rencana proyek tersebut, Pangeran Stichting kemudian membentuk semacam tim pelaksana. Koran "Preanger Bode" menuliskan, tim ini melibatkan lima orang, yakni; 1) Raden Adipati Aria Martanegara, mantan Bupati Bandoeng, 2) JZ van Dijck, mantan guru di garoet, yang diminta oleh Pangeran Stichting untuk merancang desain monumen yang akan dibangun, 3) Ir. WH Elsman, seorang insinyur sipil yang ditugasi penyusunan anggaran sesuai desain yang dibuat oleh Van Dijck, 4) Ir. H Buijs, insinyur dari de Techniche Hoogeschool te Bandung (atau ITB sekarang), yang ditugasi sebagai pimpinan pelaksana pembangunan monumen, dan 5) dr. C. Kunst, seorang biologist (dokter heewan) dari unsur pemerintah kolonial yang bertanggungjawab atas rancangan model padang rumput di sekitar lingga.
Pangeran Stichting kemudian menggalang dana dari berbagai pihak untuk merealisasikan rencana pembangunan monumen. Koran "Preanger Bode" edisi 16 januari 1922 melaporkan, dana yang berhasil dikumpulkan mencapai lebih dari 31.000 gulden.
Dilaporkan, dalam sebuah rapat yang dihadiri oleh seluruh pengurus dan anggotanya, Pangeran Stichting kemudian memutuskan pengalokasian dana tersebut sebagai berikut; 7.000 gulden untuk pembangunan fisik monumen; 5.100 gulden untuk pembangunan taman sekitar monumen (atau alun-alun sumedang); dan 18.000 gulden kemudian didepositokan di Soemedangrische Afdeelingsbank.
Monumen yang kemudian dikenal sebagai Lingga itu akhirnya berhasil dibangun dalam waktu sekitar tiga bulan. Gubernur Jenderal Hindia Belanda Drik Fock datang langsung ke Sumedang dan meresmikan Lingga pada hari Selasa, tanggal 25 april 1922.
Bagian dasar bangunan ini berbentuk bujur sangkar dan dilengkapi dengan sejumlah anak tangga serta pagar disetiap sisinya. Bangunan utamanya semacam kubus yang nampak melengkung di setiap sudut bagian atasnya. Lalu, puncaknya berbentuk kubah setengah lingkaran. Kubah lingga ini konon dapat dibuka dan menjadi akses pengambilan barang-barang yang tersimpan di dalamnya.
Pada tahun 1971, Lingga tersebut dipugar. Pahatan marmer yang bertuliskan bahasa belanda, diganti. Titimangsa pemugaran dapat dilihat terpahat dalam sebuah batu kecil di pojok bagian timur Lingga.
Sebagai catatan, dari keempat belas nama yang terlibat dalam Pangeran Stichting itu, ada nama Raden Sadikin, guru pertanian pribumi.
Beliau adalah ayahanda dari Dr. Hasan Sadikin, tokoh dan perintis Rumah Sakit Rancabadak Bandung (kini dikenal sebagai Rumah Sakit Hasan Sadikin).
Dan Raden Sadikin pun adalah ayahanda dari Letjen Marinir (purn) Ali Sadikin, Gubernur DKI Jakarta pertama di Era Orde Baru, yang populer sebagai "Bapak Pembangunan-nya" Jakarta. (*)
0 comments:
Posting Komentar