15 Desember 2021

CADASPANGERAN PERNAH LONGSOR HEBAT DI TAHUN 1995

GELAGAT.ID - Memasuki era 1990-an, Jalur Bawah Jalan Cadaspangeran dinilai sudah tidak mampu lagi menampung arus lalu lintas. Maka pada tahun 1995, pemerintah berencana mengaktifkan kembali jalur atas Cadaspangeran dan memperlebar badan jalannya.

Namun sebelum niat itu terwujud, kecerobohan teknis terjadi saat melakukan proses ekskavasi tanah di lereng jalur atas.  Entah insinyurnya salah menghitung atau menghemat ongkos proyek, entah apa alasannya, pengerukan lereng jalan lama itu dilakukan nyaris tegak lurus. Akibatnya, tanah dibagian atas kekurangan penyangga. 

Maka insiden pun terjadi.  Jumat  subuh, 28 April 1995, penduduk sekitar mendengar suara ledakan yang diikuti suara gemuruh dan getaran tanah. LOngsor dahsyat terjadi di Cadaspangeran.

Yang ajaib,  biasanya pada saat subuh menjelang pagi itu, jalur Jalan Cadaspangeran cukup padat dilalui kendaraan. Ya barangkali seperti saat ini. Tetapi,  saat insiden longsor terjadi, tak ada satu pun kendaraan atau orang yang lewat.  Sehingga tidak ada satu pun korban jiwa. Hanya satu unit beko yang digunakan proyek pengerukan tanah, ditemukan di dasar jurang, serta tanah yang menggunung menutup badan jalan sepanjang sekitar 500 meter.

Lukisan Digital Jalur Atas Cadaspangeran
Jalur lalu lintas Sumedang menjadi lebih sepi karena Jalur Bandung-Sumedang terputus hampir sekitar lima bulan lebih. Akhir tahun 1995 baru bisa digunakan lagi. Itu pun dengan sistem buka tutup satu jalur. Bagi mereka yang menggunakan kendaraan kecil dan mau sedikit bersusah payah, diperbolehkan melewati jalur alternatif Citali-Rancakalong-Sumedang, dengan jarak tempuh sekitar 30 km lebih panjang. 

Akhirnya rencana mengaktifkan jalan lama pun dihentikan.  Pemerintah kemudian fokus memperbaiki dan memperlebar jalur bawah cadaspangeran, tentu dengan lebih serius dan hati-hati.

Tahun 1996, proses perbaikan dan pelebaran itu dimulai. Sistem konstruksinya terbilang unik. Secara sederhana dapat dikatakan, Pelat-pelat beton bertulang seperti dipaku atau ditempelkan ke tebing dan disangga dengan kolom-kolom beton raksasa. Hasilnya, Jalan Cadaspangeran bawah itu kini memiliki lebar sekitar 12 meter, dan leluasa dilewati kendaraan dari dua arah. Sekitar akhir tahun 1997, jalan itu sudah kembali normal digunakan.

Kini, setelah 24 tahun berlalu sejak diperbaiki tahun 1997, Jalan Cadaspangeran masih digunakan dan menjadi jalur vital paling singkat transportasi darat menghubungkan Kota Bandung-Kabupaten Sumedang-dan Kota Cirebon di pantai utara pulau jawa. Namun, banyak ahli yang mulai mengkhawatirkan kondisi jalan itu setelah kendaraan bertonase besar melewati jalan itu sejak awal dekade 2000-an. 

Semoga jalur tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan bisa segera selesai, agar beban jalan cadaspangeran jauh berkurang. Sebab bagi urang Sumedang jalan itu memiliki arti tersendiri, dan penuh dengan catatan sejarah. (*/kurniawan)

Share:

Related Posts:

0 comments:

Posting Komentar